Sabtu, 21 Januari 2012

Hubungan Tanpa Status: Sebuah Pemikiran Cerdas

Gw lagi berpikir tentang hubungan tanpa status. Kenapa begitu fenomenal keberadaannya. Sungguh mengusik ketenangan pagi ini. Kalau ditilik di perjalanan cinta gw, duile bahasa gw, gw pernah nih ngejalaninnya. HTS-an gitu deh bahasa gaulnya. Kala itu gw masih darah muda, tidak percaya komitmen yang penting hepi. Setelah gw berasa dewasa seperti sekarang ini, gw udah mulai meninggalkan hubungan tipe anak SMA ini. Gw melibatkan diri dalam suatu hubungan serius. Yah, lumayan lamalah menurut gw. Serius dan berkomitmen. Gilak, dewasa banget ya rasanya. Saat gw mulai dulu gw rasa hubungan seperti ini hubungan yang oke, hubungan yang paling tinggi untuk tingkat pacaran. Dan gw berakhir dengan mewek sana sini.

Gw merasa ada yang gak beres dengan hubungan yang serius dan berkomitmen. Bisa dari gw, doi, atau mungkin hubungan itu sendiri. Karena gw terlalu polos untuk menyalahkan pihak kedua dan ketiga, akhirnya gw meyalahkan pihak pertama yang adalah gw sendiri. Pihak pertama ini sungguh terlalu. Di usia 18 tahun dia berani mengambil sikap untuk menjalani hubungan serius dan berkomitmen. Gw di usia 21 tahun sekarang ini sedikit salut melihat kenaifan pihak pertama dulu. Tapi ya gitu, gw mendapati hubungan yang serius itu berat. Meskipun teman-teman gw yang usianya sepantaran dengan gw bisa nikah (melangkah ke tahap yang lebih serius lagi artinya), gw sadar. Hubungan serius yang penuh komitmen itu belom buat gw. Belom bisa gw jalanin tanpa gw mengartikannya bulet-bulet. Serius ya serius, kamu begini kamu begitu kamu harus ini kamu harus itu. Intinya gw berharap pasangan gw serius dalam arti yang sebenernya ke gw. Ya doi streslah dengan tuntutan gw yang gak ada habisnya. Hahahaha.

Hubungan serius ini juga menurut gw, gw mesti setia. Setia tanpa tanda tanya. Setia ke satu arah. Mencinta dengan level penuh. Dia adalah segalanya. Bisa diliat dong, kalian aja muak ama keseriusan gw yang lebay. Tapi gw orangnya emang lebay. Jadi hubungan serius dalam masa pacaran bukan hal yang tepat buat gw.

Hubungan dengan komitmen di gw lebih cihuy lagi. Gw adalah tujuan akhir pasangan gw. Gw adalah pelabuhan segala asanya. Gw adalah sandarannya. Pret. Tiba-tiba gw jijik sendiri dengan pengertian gw akan komitmen. Meh! Jelas banget kan ini bisa merusak saraf seorang pria (sok) dewasa mana aja. Apalagi mantan gw. Maka dari itu, hubungan dengan komitmen haram buat gw.

Nah, setelah gw akhiri tindakan gw yang serius, penuh komitmen, dan ternyata merusak hati, gw mulai menatap hari cerah. Gw gak mau melibatkan diri dalam hubungan yang serius dalam waktu beberapa tahun ini. Berat boy! Tapi tetep aja, tanpa cinta gw ga bisa hidup. Gw pasti haus kasih sayang dan butuh perhatian. Muncullah hal indah di pikiran gw. Hubungan Tanpa Status. Yeah! Brilliant! Dengan HTS-an gw gak perlu heboh dengan kata serius dan komitmen. Gw gak ada tanggungan dan tidak memberikan orang lain beban. Gw rasa orang yang pertama kali menemukan kata Hubungan Tanpa Status itu cerdas.

Di sini gw sekarang, menatap tahun naga air. Membiarkan semua mengalir seperti air. Kadang membiarkan diri terbawa arus adalah pilihan baik. Kita itu harus bahagia. Gak harus kayak salmon yang melawan arus. Sekali-kali kita perlu menjadi daun yang terbawa arus. Hemat energi. :D